Seksualitas dan Gender dalam Perspektif Multidimensi (sebuah catatan)

18.56



 

Pendahuluan

 

Seksualitas dan gender adalah elemen penting dalam kehidupan manusia yang memengaruhi identitas individu, hubungan sosial, dan kesehatan mental. Dalam konteks global, isu LGBTQ+ menjadi topik penting yang melibatkan berbagai perspektif—biologi, psikologi, sosial, budaya, hukum, hingga agama. Artikel ini mengupas pemahaman tentang seksualitas dan gender, tantangan kesehatan mental, serta perspektif global dan agama.

 

1. Seks dan Seksualitas

1.1. Definisi Seks dan Seksualitas

  • Seks: Perbedaan biologis laki-laki dan perempuan, termasuk kromosom, hormon, dan organ reproduksi.
  • Seksualitas: Menurut WHO, seksualitas adalah aspek mendasar dari manusia yang mencakup seks, identitas gender, orientasi seksual, dan hubungan interpersonal.

1.2. Dimensi Seksualitas

  1. Biologis: Fungsi organ reproduksi dan hormon.
  2. Psikologis: Dinamika emosional terkait identitas dan perilaku seksual.
  3. Sosial: Norma dan hubungan antarindividu.
  4. Kultural: Pengaruh budaya terhadap pemahaman seksualitas.

 

2. Jenis Kelamin dan Identitas Gender

2.1. Jenis Kelamin Biologis

Spektrum jenis kelamin tidak hanya mencakup laki-laki dan perempuan, tetapi juga interseks, yaitu individu dengan kombinasi karakteristik biologis. WHO memperkirakan 1,7% bayi di dunia lahir dengan variasi interseks

 

2.2. Identitas Gender

  • Cisgender: Identitas sesuai dengan jenis kelamin lahir.
  • Transgender: Identitas gender yang berbeda dari jenis kelamin lahir.
  • Nonbiner: Identitas yang berada di luar kategori laki-laki atau perempuan.

 

Menurut DSM-5, disforia gender adalah ketidaknyamanan atau stres signifikan akibat ketidaksesuaian antara identitas gender dan jenis kelamin biologis

 

 

3. Model Perkembangan Identitas Seksual

3.1. Model Cass (1979)

Model enam tahap pembentukan identitas seksual mencakup:

  1. Kebingungan Identitas: Keraguan terhadap norma heteroseksual.
  2. Perbandingan: Membandingkan diri dengan norma masyarakat.
  3. Toleransi: Penerimaan awal terhadap identitas seksual.
  4. Penerimaan: Menjadikan identitas bagian dari kehidupan.
  5. Kebanggaan: Membuka diri secara terbuka.
  6. Sintesis: Mengintegrasikan identitas seksual ke dalam diri

3.2. Model Troiden (1979)

Empat tahap perkembangan:

  1. Sensitisasi: Kesadaran awal sebelum pubertas.
  2. Kebingungan Identitas: Konflik emosional saat remaja.
  3. Asumsi Identitas: Eksplorasi subkultur LGBTQ+.
  4. Komitmen: Identitas diterima sebagai bagian integral​ 

 

4. Orientasi Seksual

4.1. Klasifikasi dan Definisi

  • Heteroseksual: Ketertarikan pada lawan jenis.
  • Homoseksual: Ketertarikan pada sesama jenis.
  • Biseksual: Ketertarikan pada kedua jenis kelamin.
  • Aseksual: Tidak memiliki ketertarikan seksual.

4.2. Pandangan WHO dan DSM

  • Pada tahun 1992, WHO menghapus homoseksualitas dari daftar gangguan mental.
  • DSM-IV sebelumnya mencantumkan homoseksualitas sebagai gangguan mental, tetapi DSM-5 tidak lagi mengategorikan orientasi seksual sebagai penyakit mental, melainkan menyoroti disforia gender sebagai kondisi klinis yang tetap memerlukan perhatian juga.

 

 

5. Kesehatan Mental LGBTQ+

5.1. Tantangan Coming Out

Proses coming out sering kali disertai stigma, pelecehan, dan diskriminasi, yang berdampak pada:

  • Self-esteem yang rendah.
  • Tingkat stres dan risiko bunuh diri yang tinggi

 

5.2. Stres Minoritas

Menurut Meyer (1995), ada tiga stresor utama:

  1. Homofobia Internal: Konflik antara identitas dan norma sosial.
  2. Stigma yang Dirasakan: Ketakutan akan penilaian negatif.
  3. Prasangka Nyata: Pelecehan verbal dan fisik

 

5.3. Dukungan Sosial

Dukungan dari keluarga dan komunitas dapat menurunkan risiko depresi dan meningkatkan kesehatan mental

 

6. Perspektif Agama

6.1. Islam

Dalam pandangan Islam:

  • Homoseksualitas dianggap sebagai perbuatan fahisyah (keji).
  • Operasi perubahan kelamin diizinkan dalam kasus khunsa (kelamin ganda) untuk menentukan jenis kelamin dominan.
  • Transgender sering dianggap melanggar kodrat, tetapi pendekatan spiritual dan psikologis dianjurkan untuk membantu individu.

 

 

 

 

Referensi :


  1. American Psychiatric Association. DSM-IV & DSM-5.
  2. Jones, B.E., & Hill, M.J. Mental Health Issues in LGBT.
  3. Cass, V. (1979). "A Model of Sexual Orientation Identity Formation."
  4. Meyer, I.H. (1995). "Stress and Mental Health in Sexual Minorities."
  5. Munadi, M.A., Diskursus Hukum LGBT di Indonesia. Sulawesi, 2017.

Photo by Ü Lõ on Unsplash 

You Might Also Like

0 comments

Subscribe