Cegah Upaya Bunuh Diri
21.07Sebenarnya ini tulisan lama, ketika saya mengisi acara suatu webinar tentang pencegahan bunuh diri. Belum sempat saya posting, kelupaan dan lalu teringat kembali saat saya bertemu dengan klien remaja yang sudah sempat melakukan upaya bunuh diri. Frustrasi dengan masalah hidupnya, berantem dengan orang tua, mengurung diri di kamar lalu minum obat insectisida. Beruntung dia muntah-muntah dan segera ditemukan sehingga dapat dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit.
Ketika diminta mengisi acara webinar hari pencegahan bunuh diri, membuat saya tiba-tiba menyadari bahwa 50 % kasus klien yang saya tangani selalu memiliki pemikiran untuk melakukan self harm atau bunuh diri. Beberapa diantara mereka sudah melakukan upaya untuk melukai diri dengan menyilet, membenturkan kepala, mencakar bagian tubuh sehingga mengalami luka-luka yang cukup serius.
Ada banyak alasan yang membuat seseorang memiliki pemikiran bunuh diri, dan ada beberapa teori berusaha menjelaskan hal tersebut. Beberapa alasan meliputi faktor neurologis otak, unsur genetik, tekanan mental dan psikologis, serta faktor lingkungan yang menjadi pemicu stress berat yang berakhir pada ide bunuh diri. Kita juga dapat mengidentifikasi tanda-tanda orang memiliki resiko atau kecenderungan bunuh diri menurut https://www.alodokter.com/percobaan-bunuh-diri dengan memperhatikan hal-hal berikut ini :
- Membuat surat wasiat.
- Memberikan benda-benda berharganya.
- Pamit ke kerabat dan keluarga.
- Menyimpan pil-pil berbahaya atau senjata api.
- Lebih sering mengonsumsi alkohol atau obat-obatan.
- Menjauhkan diri dari kerabat atau keluarga.
- Terlihat cemas atau gelisah.
- Terjadi perubahan pada kebiasaan makan atau tidur.
- Menunjukan perubahan suasana hati yang drastis.
- Berani melakukan sesuatu yang berbahaya, yang bahkan dapat menyebabkan kematian. Misalnya, berkendara dengan sangat cepat.
Poin paling pentingnya dari indikator diatas adalah seseorang menunjukkan kondisi kesehatan mental yang sangat buruk, memisahkan diri atau memang kehilangan ikatan dengan lingkungan sosial atau mulai menjauh dari relasi pertemanan awal, kehilangan makna hidup dan tergerusnya benteng spiritual yang membuatnya tidak punya alasan untuk hidup.
Upaya bunuh diri tidak boleh didefinisikan sebagai upaya yang mengakibatkan kematian. Tindakan melukai diri sendiri sudah merupakan indikator yang seharusnya sudah terlihat nyata sebagai aktivitas yang serius membahayakan nyawa. Kita tentu tak ingin mereka meninggal dengan tindakannya tersebut. Tidak ada istilah “berhasil” bunuh diri. Walaupun tindakan tersebut seringkali dilakukan tanpa aba-aba sehingga kita sering menemukannya sudah tak bisa tertolong lagi.
Pengabaian terhadap masalah mental, bukan saja menjadikan hidup tak berkualitas tetapi masalah dapat semakin serius. Seseorang yang memiliki gangguan mental serius sudah terlanjur sulit ditolong lagi, sehingga berakhir di rumah sakit jiwa sebagai penghuni tetap atau diabaikan dan sangat berpeluang mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Pada sisi lain, sebagai manusia apalagi people helper mental, psikolog klinis tidak boleh memberikan labeling, atau mudah menilai terhadap masalah orang lain. Kita tak pernah benar-benar tahu seberat apa hidup yang dihadapi orang tersebut. Bila daya tahan seseorang sampai pada batasnya, ia akan menunjukkan gejala stress semakin berat dan kita tak boleh menyepelekan hal tersebut dan menunggu upaya bunuh diri terjadi di depan kita.
Kita, masyarakat umum sering mengetahui korban bunuh diri tak pernah memberitahu sebelumnya, walaupun ada kasus orang merekam tindakan bunuh dirinya. Umumnya tindakan ini terjadi dalam sekejap sehingga kita sulit menolong bila situasinya seperti itu. Dilain pihak, terkadang orang yang mengancam untuk bunuh diri, tidaklah berarti benar-benar akan melakukannya, namun tentu saja hal ini bukan berarti mengabaikan kata-kata ancaman.
Apapun alasannya, apakah sebuah upaya mencari perhatian, atau tindakan yang benar-benar diluar kontrol orang tersebut, siapapun yang pertama mengetahuinya perlu memberikan tindakan pertolongan segera. Penting untuk melakukan tindakan preventif jauh sebelum upaya bunuh diri itu sendiri dilakukan. Artinya upaya preventif sesungguhnya dilakukan sejak seseorang baru memiliki pemikiran atau terbersit ingin mengakhiri hidup, atau merasa tak berdaya, merasa tak berharga, putus asa, merasa kesepian, merasa tak berharga dan semua perasaan dan pemikiran negatif yang menunjukkan seseorang kehilangan semangat hidup atau bahkan hampir tak punya gairah dan alasan untuk menikmati hidup.
Kondisi mental yang sakit memang memerlukan penanganan serius dari profesional. Dokter psikiater atau psikolog klinis sebagian profesi yang dilatih untuk menolong secara kuratif pasen atau klien dengan gangguan serius. Meskipun sebagian masyarakat masih menyimpan stigma negatif terhadap orang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Berbeda dengan kesehatan fisik, mereka bahkan akan semakin serius melakukan pengobatan medis meskipun hal tersebut memaksa mereka diet ketat, mengkonsumsi obat seumur hidup atau terapi dengan biaya mahal. Sedangkan gangguan mental dianggap memalukan dan merasa tak cukup penting untuk menyisihkan waktu dan uang untuk mengobatinya. Seandainya saat ada kecenderungan hambatan psikologis awal segera datang berkonsultasi dan mendapatkan penanganan hingga tuntas setidaknya seseorang memiliki tambahan skil untuk mengatasi masalahnya secara mandiri atau dengan proses terapi, hal ini dapat menghambat kecenderungan kerusakan mental yang makin parah bila dibiarkan. Sedangkan tindakan kuratif atau pengobatan yang seringkali lebih lama bahkan bisa seumur hidup terpaksa harus dilakukan karena memang situasinya tak bisa lagi ditangani sendiri, seperti yang terjadi pada kasus-kasus mental illness atau gangguan jiwa psikotik.
##
Jauh sebelum masalah hidup lebih rumit, kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan mewaspadai gejala ringan semisal kondisi stress yang wajar berubah menjadi tekanan mental yang serius atau distress. Distress adalah stress yang tak dapat diatasi secara mandiri. Perlu dipahami bahwa seseorang wajar mengalami tekanan hidup dan terkadang masalah tersebut tak bisa diatasi sendiri sehingga wajar pula kita memerlukan bantuan orang lain. memiliki masalah bukanlah hal yang memalukan dan semua orang pasti memilikinya. Bila upaya mandiri gagal atau tidak efektif lagi, maka menjadi hal yang wajar pula bila setiap orang meminta pertolongan orang lain. Datanglah pada psikolog klinis yang tentu memiliki kapasitas ilmu dan keterampilan, dijaga oleh kode etik profesi seperti terkait kerahasiaan dan surat ijin praktik.
Dukungan lingkungan terdekat seperti teman, keluarga atau institusi yang ada di masyarakat tentu saja amat penting. Terkadang dukungan itu cukup dengan menjadi teman yang mau mendengarkan curhat atau menjadi tetangga yang bersahabat atau memiliki jejaring sosial yang selalu memberikan bantuan saat orang lain memerlukannya. Kehilangan kontak dengan orang lain sering menimbulkan perasaan kesepian dan terpisah. Seseorang yang depresi akan semakin terpuruk dan sibuk dengan dirinya sendiri sehigga sulit menemukan jalan keluar dalam mengatasi masalahnya. Bila seseorang memiliki kawan, terkadang dia hanya perlu dibantu dengan melihat sudut pandang yang berbeda, atau merasakan adanya perhatian dan menemukan perasaan disayangi dan berharga. Betapa pentinganya jejaring ini, sehingga kita berharap bila ada seseorang yang sakit atau memiliki masalah mental, ia dapat merasakan bahwa orang lain peduli, ada banyak orang yang siap menemani dan memberinya dukungan untuk kembali bangkit dan bila perlu menyambungkan dengan profesional yang dapat membantunya melakukan pengobatan atau terapi.
Jejaring sosial atau pertemanan dapat menjadi agen kesehatan mental dengan menerapkan fungsi P3K psikologis. Menjadi teman curhat atau pendamping sebaya, dan bila masalah terlalu rumit, segera menyambungkan kasus kepada tenaga profesional. Kita bisa bergerak bersama dan menyelamatkan anak-anak remaja kita untuk masa depan indonesia yang lebih baik. Semoga.
https://www.alodokter.com/percobaan-bunuh-diri
Universitas Gadjah Mada, Center for public Mental Health. Suicide First And Guidelines for Indonesia. tanpa tahun.
Foto :Klim Musalimov
0 comments