Psikodrama untuk Persiapan Pernikahan
21.41Mengenal Diri dan Orang Lain melalui Metode Psikodrama :
Studi Kasus Psikodrama di Kegiatan Sekolah PraNikah Salman ITB
Iip Fariha1, Rahmiati Rusli2
Idea Psikologi Consulting, Bandung1
Bidang Dakwah Salman ITB, Bandung2
ABSTRAK
Problem pernikahan mengerucut pada kesulitan pasangan untuk mengatasi konflik yang tampak dalam kesulitan berkomunikasi dan relasi yang buruk. Menurut berita Pikiran rakyat Online, 14 Oktober 2020, sebanyak 5000 kasus perceraian dilaporkan Pengadilan agama kota Bandung sejak Januari sampai Agustus 2020. Sekolah Pranikah Salman melakukan pendekatan preventif untuk membangun pola keluarga yang lebih baik, lebih sehat, islami dalam visi sakinah mawaddah warohmah. Salah satu tahapan yang dilakukan adalah taaruf dengan Metoda Psikodrama. Peserta mendapatkan kesempatan untuk berada dalam grup untuk saling berkenalan, bertukar pikiran, mengungkapkan gagasan dan perasaan tentang tema-tema umum sampai tema terkait pernikahan. Grup diciptakan dalam situasi yang nyaman, menerima semua pemikiran anggota, mengapresiasi dan memberikan penghargaan secara timbal balik, tidak menghakimi dan memberikan kebebasan untuk memihak berdasarkan pilihan bertanggung jawab dari anggota dan saling menjaga rahasia atau etika yang islami dan santun. Hasil yang diperoleh dalam proses taaruf dengan metoda psikodrama adalah kesempatan pada semua anggota grup untuk berbagi dalam kelompok dan mendapatkan validasi atas pengalamannya tersebut. Anggota bertumbuh di dalam grup sehingga mendapatkan pengalaman berharga untuk memulai taaruf dan mempersiapkan pernikahan. Peserta mengaku lebih memahami dirinya, mampu berempati pada orang lain dan lebih terlibat mengukur tingkat kesiapannya menjelang proses pernikahan. Metoda Psikodrama mampu mencairkan suasana, melatih empati, kemampuan berkomunikasi dan melakukan simulasi dalam menghadapi konflik dan perbedaan diantara pasangan.
Kata Kunci : Psikodrama, Empati, Komunikasi, Taaruf
A. PENDAHULUAN
Kasus pernikahan sering berakhir di pengadilan agama dengan gugat cerai salah satu pihak. Menurut data berita Pikiran Rakyat online, 14 Oktober 2020, setidaknya sebanyak 5000 kasus perceraian dilaporkan Pengadilan Agama Kota Bandung sejak Januari sampai Agustus 2020. Perceraian hanyalah akhir dari suatu konflik yang terjadi dalam pernikahan. Seringkali konflik dan masalah ini sudah terjadi cukup lama dan merusak hubungan suami istri dalam kehidupan sehari-hari dan menurunkan kualitas atau kesejahteraan mental mereka. Konflik hebat seringkali menyisakan rasa tidak nyaman, putus asa dan kebuntuan untuk menyelesaikan masalah sebelum kemudian berakhir di pengadilan untuk bercerai.
Menghindari peluang konflik panjang berujung perceraian yang dapat terjadi dalam penyesuaian pernikahan, tindakan preventif menjadi salah satu pilihan tepat sebagai upaya edukasi dan pembekalan calon pasangan sebelum menikah. Sekolah Pranikah Salman memiliki komitmen untuk memberikan kontribusinya dengan tujuan untuk membangun pola keluarga yang lebih baik, lebih sehat, islami dalam visi sakinah mawaddah warohmah.
Dalam pernikahan, pasangan akan bertemu dengan orang yang sesungguhnya asing dan berbeda. Berbeda latar belakang budaya, kebiasaan sehari-hari, minat dan kebutuhan spesifik pribadi dalam menjalani pernikahan. Walaupun memiliki kesamaan agama, harapan dan visi ideal yang beririsan, tetapi selalu akan ada peluang untuk berbeda dalam implementasi dan sikap menghadapi situasi sehari-hari. Perbedaan ini adalah hal yang wajar dan suatu keniscayaan yang berpotensi pada konflik. Bukannya menghindari konflik atau ketiadaan masalah dalam rumah tangga namun bagaimana pasangan siap menghadapi situasi yang tidak selalu menyenangkan dan melakukan penyesuian pernikahan dengan cara-cara yang membawa pada solusi yang baik. Penerimaan terhadap perbedaan, kesiapan untuk berbagi peran, kepekaan pada kebutuhan pasangan dan kemampuan berkomunikasi merupakan aspek-aspek yang diperlukan dalam menghadapi penyesuaian pernikahan ini.
Dengan keterbatasan waktu untuk saling mengenal calon pasangan, rasa sungkan dan cara pandang terhadap proses taaruf memberikan tantangan untuk menemukan metoda yang tepat yang dapat digunakan untuk mempertemukan peserta dalam jumlah yang banyak. Teknik dalam psikodrama, pada dasarnya suatu treatment terapi, namun dapat dimanfaatkan untuk upaya membangun kesadaran diri dalam kaitannya dengan peran keluarga, sikap keterbukaan, empati dan kesadaran akan pentingnya berkomunikasi secara koheren dengan calon pasangan.
B. GAMBARAN PROGRAM
1. Dasar Teori
Metode yang digagas oleh psikiater Eropa yakni Jacob Levy Moreno yang kemudian dikembangkan bersama-sama isterinya Zerka Toeman Moreno sejak tahun 1920-an ini (Chimera & Baim, 2010), kini mulai diyakini sebagai metode yang powerfull untuk memfasilitasi pertumbuhan pribadi yang lebih baik (personal growth).
Sasaran utama yang ingin dicapai dari psikodrama adalah dapat membantu individu untuk mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai dirinya hingga individu dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhannya dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya (Corey, 2005).
Psikodrama mendorong seseorang untuk memperagakan kehidupan mereka, dan tidak sekedar membicarakannya. Banyak pikiran-pikiran kita tak pernah diucapkan, terutama bila hal tersebut mendapatkan perlawanan baik dari diri sendiri atau karena bertentangan dengan norma lingkungan. Sebagian dari emosi, fantasi, harapan dan peluang di masa depan dari kehidupan manusia juga seringkali tak pernah terekspresikan .
Virginia Satir, Salah satu tokoh Family Therapy menggunakan teknik psikodrama untuk menolong pasangan memahami masalah mereka. Salah satu teknik yang digunakannya adalah membekukan suatu kejadian dalam teknik mematung atau sculpting untuk memahami lebih baik konflik yang terjadi dalam relasi pernikahan.
Teknik yang sama dapat kita pergunakan untuk tujuan preventif dalam upaya mengawali proses taaruf pada calon pasangan peserta Sekolah Pernikahan Salman Bandung.
2. Peserta
Peserta kegiatan psikodrama ini adalah grup calon pencari pasangan yang siap melakukan taaruf. Dengan Teknik psikodrama, peserta dalam grup bersama-sama menciptakan suasana kebersamaan dan interelasi yang positif sebagai pengalaman langsung/role play yang dapat diterapkan dalam relasi interpersonal dengan pasangannya pada seting keluarga.
Peserta mendapatkan kesempatan untuk berada dalam grup untuk saling berkenalan, bertukar pikiran, mengungkapkan gagasan dan perasaan tentang tema-tema umum sampai tema terkait pernikahan. Grup diciptakan dalam situasi yang nyaman, menerima semua pemikiran anggota, mengapresiapsi dan memberikan penghargaan secara timbal balik, tidak menghakimi dan memberikan kebebasan untuk memihak berdasarkan pilihan bertanggung jawab dari anggota dan saling menjaga rahasia atau etika yang islami dan santun.
3. Tujuan
Peserta disiapkan melalui pendaftaran khusus setelah selesai program Sekolah Pranikah Salman. Jumlah peserta diusahakan seimbang antara laki-laki dan perempuan, yaitu 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Kegiatan dilakukan satu hari penuh, sekitar 6 jam dengan tujuan untuk :
a. Membangun kesadaran diri peserta, terkait gambaran dirinya, perannya dalam keluarga dan pertimbangannya dalam memilih calon pasangan pernikahan.
b. Melatih kepekaan untuk berempati, terbuka dan siap berelasi dengan saling menghargai dan menerima perbedaan yang pasti akan ditemukan pada calon pasangan.
c. Melatih calon pasangan untuk membuka diri dalam komunikasi yang nyaman, koheren dengan situasi dan kebutuhan pasangannya.
4. Metoda
Psikodrama terdiri dari 3 tahapan
1. Warming up
2. Action
3. Refleksi
Warming up bertujuan untuk meningkatkan ikatan dalam grup dan mengembangkan kesediaan anggota untuk tujuan apa mereka terlibat dalam grup. Warming up atau pemanasan merupakan bagian dari proses grup ketika seseorang bersama dalam kelompok, bukan hanya secara fisik tetapi juga seluruh aliran energi psikisnya terkoneksi dengan grup psikodrama.
Action atau aksi psikodrama dalam seting grup dapat berbentuk aktivitas brainstorming, roleplay, interaksi anggota kelompok dan lain-lain yang menjadikan anggota grup terlibat dalam aktivitas psikodrama.
Refleksi atau sharing dalam psikodrama berfungsi untuk mengintegrasikan dan menutup psikodrama. Dalam proses psikodrama seringkali ada peran-peran yang harus dilepaskan, agar tidak melekat dalam diri individu secara emosional menjadi hambatan bagi dirinya. Refleksi juga mengintegrasikan seluruh pengalaman yang dirasakan anggota, sehingga mereka mendapatkan pelajaran dan mampu mengambil makna dari proses secara emosional menuju integrasi secara kognitif. Terkadang diperlukan dialog dengan seluruh anggota untuk membagi pengalaman personal menjadi milik grup, mendapatkan kesimpulan atau inti pelajaran selama proses psikodrama.
5. Teknik yang digunakan
Persiapan acara
Peserta berkumpul dalam satu lingkaran, sehingga mereka dapat melihat satu sama lain, merasa setara dan bersedia terlibat dalam kegiatan bersama. Aturan kelompok dalam kegiatan psikodrama adalah memastikan bahwa semua orang boleh mengekspresikan dirinya dengan cara yang dia inginkan, dalam batas yang wajar dan sopan tanpa perlu malu atau takut. Sementara itu mereka juga tidak boleh menghakimi orang lain, memberikan label negatif atau salah. Sebaliknya semua orang harus menghargai dan menerima cara orang lain berpikir, berasa dan bertindak sebagai kekhasan mereka. Aturan kelompok dijelaskan dan diperlihatkan langsung oleh konduktor, yaitu pemandu acara psikodrama dengan sikap membuka diri dan memperbolehkan semua peserta mencoba cara mereka dan boleh mengoreksinya bila perlu.
1. Step- in
Konduktor memperkenalan diri sekaligus memberikan contoh bagaimana menampilkan diri di depan publik, dengan nyaman, dan santai seperti menyebut nama disertai gerakan atau gestur tertentu. Setiap orang akan maju satu langkah dan melakukan hal yang sama. Suasana biasanya akan cepat mencair, karena setiap orang diminta untuk melakukan eksplorasi gerak yang berbeda dengan cara dan ekspresi yang sudah ditampilkan orang lain. Pada tahapan ini, peserta bukan hanya saling mengenal nama, ekspresi spontan orang lain, tetapi juga belajar untuk menerima orang lain dalam situasi yang wajar, alami dan tanpa tekanan aturan.
2. Mirorring
Teknik ini dapat dikombinasi dengan langkah dan teknik pertama, Setiap orang dapat melakukan hal yang sama atau menirukan gerakan, gestur, mimik muka dan kata-kata yang diucapkan oleh orang lain. Dengan teknik ini setiap peserta akan fokus pada orang yang maju ke depan, memperhatikan dengan seksama dan berusaha menirukan dirinya, sehingga akan tampak upaya untuk berempati pada orang lain dan belajar menerima hal-hal yang dilakukan orang lain dengan lapang dada.
3. Narratif exposure
Pendekatan ini dilakukan pada situasi yang membutuhkan penjelasan verbal dari suatu pilihan tertentu atau jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan konduktor psikodrama. Dengan teknik ini juga, peserta akan belajar menjelaskan pilihannya yang meliputi cara pandang, gagasan, harapan, cita-cita, bahkan hal-hal yang tidak disukai, termasuk konflik-konflik dan ketakutannya. Peserta lain akan dengan sangat mudah melihat dan menilai dalam diri mereka masing-masing tanpa melakukan debat terbuka atau penolakan, tetapi dapat mengekspresikan hal yang sama tanpa perlu takut dinilai atau di tolak.
4. Spektogram
Teknik ini digunakan untuk mengukur suatu skala pemilihan tentang suatu tema, berdasarkan rasa suka tidak suka, seberapa mereka menginginkannya, seberapa penting, atau seberapa siap untuk terlibat, dan lain-lain. Pertanyaan dirancang untuk memancing kesadaran dirinya dalam peran-perannya kelak dalam membangun keluarga atau dalam situasi penyesuaian konflik keluarga.
Pertanyaan yang diajukan misalnya, seberapa yakin Anda siap menerima dan menikah dalam tahun ini? Bila nol mewakili ketidaksiapan sama sekali, dan 10 mewakili kesiapan yang sempurna untuk menikah tahun ini, maka peserta akan diminta berdiri dalam suatu garis imajiner yang menunjukkan skala 0 sampai 10 tersebut. Seluruh peserta akan dengan sangat mudah melihat posisi setiap orang dan selanjutnya dapat mendengarkan alasan dan hal-hal yang menjadikan mereka siap atau tidak siap pada skala yang mereka pilih.
Teknik ini dapat dikombinasikan dengan mengajak seseorang untuk berpindah skala dan merasakan emosi dan pikiran mereka berubah saat mereka berada pada situasi orang lain, dengan demikian mereka bahkan dapat memberikan alasan-alasan apa saja yang kurang atau lebih dan perlu dipersiapkan bila mereka berada pada skala tersebut.
Kesadaran diri, empati dan proses mengintegrasikan gagasan dengan kondisi emosi dan pikiran mereka saat itu dengan cepat terbentuk. Psikodrama menghadirkan kondisi mindfulness, kesadaran akan hadir saat ini dan disini dengan fokus pada pengalaman personal yang bermakna.
5. Locogram
Teknik ini digunakan untuk memberikan kesempatan pada peserta untuk memilih suatu situasi, keadaan, dan lain-lain baik yang bersifat netral maupun situasi spesifik tertentu. Teknik ini memungkinkan mereka merasakan posisi mereka dalam lingkup sosial, menentukan apa yang penting bagi kehidupan mereka dan sekaligus memberikan pemihakan pada hal-hal yang mungkin saja dapat menimbulkan konflik dan perbedaan dengan orang lain tanpa harus merasa takut dan dilecehkan orang. Satu sama lain akan dapat melihat pilihan tersebut dan saling menghargai dengan alasan dan sudut pandang yang berbeda. Teknik ini seringkali efektif untuk dapat menyadari posisi diri, sekaligus menilai posisi orang lain, mempertimbangkan orang-orang yang ingin dikenalnya dengan lebih baik.
Melalui teknik ini, peserta misalnya memilih apakah mereka akan mempertimbangkan paras wajah dan fisik calon pasangan, latar belakang keluarga atau budayanya, atau pendidikan, karier dan kondisi keuangan mereka. Tiga pilihan itu akan diwakili oleh simbol tertentu, misalnya selendang yang ditempatkan pada tiga sudut agar peserta dapat berdiri di positi tersebut. Peserta lalu akan diminta menjelaskan maksud pilihannya, berdiskusi dengan teman-teman satu kelompok dan menemukan insight yang sama serta menjelaskannya pada kelompok besar. Dengan diskusi dan presentasi ini, setiap peserta akan dapat menyimak harapan, juga persepsi setiap orang terhadap suatu pilihan, apa konsekwensinya, bagaimana mereka mengatasi konflik yang mungkin akan terjadi dan seterusnya.
6. Sosiodrama
Sosiodrama adalah psikodrama pada setting grup, secara prinsip sama dengan psikodrama itu sendiri. Teknik ini dapat disebut sebagai kegiatan role playing dari suatu situasi. Melakukan suatu tindakan dramatis dari suatu skenario yang ditetapkan oleh konduktor ataupun berdasarkan pengalaman dan pilihan peserta. Berbeda dengan psikodrama secara spesifik dengan fokus pada satu orang tokoh utama atau protagonis, dalam sosiodrama, psikodrama dilakukan untuk grup. Setiap orang adalah protagonis atau pemain utama dalam situasi ini, dan mereka dapat memilih peran mereka untuk berkontribusi dalam proses sosiodrama. Tujuan yang ingin dicapai adalah bahwa setiap orang dapat belajar melalui pengalaman langsung suatu peran, berempati dengan peran tersebut dan melakukan refleksi atas penghayatan emosional dan pemikiran setelah mereka melakukan peran tersebut.
Teknik ini melibatkan semua orang untuk lebih terbuka dan menampilkan dirinya secara spontan, melakukan eksplorasi peran dan belajar berempati pada peran yang berbeda.
C. HASIL DAN DISKUSI
Psikodrama yang dilaksanakan di Masjid Salman ITB telah berlangsung sebanyak 3 sesi yaitu pada dibulan Juli dan September 2019, serta bulan Januari 2020. Berikut jumlah data peserta yang mengikuti Kegiatan Psikodrama SPN Salman ITB.
Berikut daftar jumlah peserta yang mengikuti kegiatan Psikodrama SPN Salman ITB.
Pelaksanaan | Jenis Kelamin | Total | |
Wanita | Pria | ||
Juli | 40 | 10 | 50 |
September | 10 | 8 | 18 |
Januari 2020 | 11 | 11 | 22 |
Sumber: Arsip SPN Salman ITB
Pelaksanaan diawal dihadiri oleh lebih banyak peserta dengan jumlah 50 orang. Namun pelaksanaan selanjutnya diikuti oleh lebih sedikit peserta setelah mendapatkan data evaluasi kegiatan. Salah satunya adalah dengan menetapkan jumlah peserta yang lebih seimbang proporsi jenis kelamin dan jumlahnya, memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih intens dikalangan peserta.
Evaluasi acara dilakukan langsung sebelum acara di tutup. Teknik psikodrama yaitu spektogram, dengan menetapkan skala nol untuk tidak berguna sampai skala 10 mewakili sangat bermanfaat. Mayoritas peserta dalam tiga kali psikodrama selalu menilai pada skala minimal 8. Dengan penjelasan verbal dan deskriptif peserta juga menjelaskan makna skala tersebut dengan menyebutkan wawasan yang bertambah, penghayatan emosi atau empati yang lebih terlatih serta gambaran yang lebih konkrit atas persiapan pernikahan mereka.
Umumnya peserta merasakan psikodrama membantu mereka untuk lebih mengenal diri mereka lebih baik, contohnya MA. Wanita muda ini merasakan lebih paham dengan dirinya setelah mengikuti psikodrama yang dilaksanakan oleh Masjid Salman ITB. Ada pula SA, pria yang tengah menempuh pendidikan di Magister ITB ini mengemukakan bahwa ia lebih mampu memahami dan berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam 3 kali pelaksanaan Psikodrama, mayoritas peserta mengakui bahwa setelah mengikuti Psikodrama Salman ITB mereka merasa memahami diri mereka dan orang lain dengan melatih empati, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan lainnya yang spesifik pada kasus mereka masing-masing.
Secara umum, hasil yang diperoleh dalam proses taaruf dengan metoda psikodrama adalah kesempatan pada semua anggota grup untuk berbagi dalam kelompok dan mendapatkan validasi atas pengalamannya tersebut. Anggota bertumbuh di dalam grup sehingga mendapatkan pengalaman berharga untuk memulai taaruf dan mempersiapkan pernikahan. Peserta mengaku lebih memahami dirinya, mampu berempati pada orang lain dan lebih terlibat mengukur tingkat kesiapannya menjelang proses pernikahan.
Berikut evaluasi tambahan, terhadap penyelenggaraan Psikodrama
Materi psikodrama dapat dipahami dengan baik oleh peserta. Sedangkan gambaran manfaat yang diperoleh peserta telah sesuai dengan target acara.
Peserta merasa lebih mampu mengenali dirinya sendiri, mengenal lingkungan sosial dalam konteks jejaring proses taaruf diantara mereka, peningkatan pengetahuan untuk persiapan pernikahan lebih jelas dan konkrit serta memiliki motivasi yang lebih kuat untuk menikah.
D. KESIMPULAN
Metoda Psikodrama dalam prakteknya memang diakui mampu mencairkan suasana, melatih empati, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan melakukan simulasi dalam menghadapi konflik dan perbedaan diantara pasangan.
Dalam kasus pelaksanaan proses taaruf di sekolah pranikah salman, ditemukan penguatan pada area pengenalan diri, kesiapan untuk membuka diri dalam bentuk berkomunikasi dan menerima orang lain dengan meningkatnya empati pada orang lain. Mereka juga menjadi lebih memahami hal-hal yang perlu dipersiapkan secara lebih konkrit untuk menghadapi situasi yang mungkin terjadi dalam proses menuju jenjang pernikahan dan peluang terjadi konflik dalam keluarga.
Dengan demikian, kita dapat mengharapkan bahwa calon pasangan akan lebih matang untuk menyiapkan penyesuaian pernikahannya kelak. Walaupun problem pernikahan tetap akan muncul, tetapi calon pasangan, sudah pernah berlatih untuk membangun empati dan berdialog dengan cara yang lebih positif ketika menghadapi situasi tersebut.
Psikodrama sebagai metoda dan teknik digunakan dalam setting terapi untuk keluarga yang mengalami hambatan, terutama pada area konsep diri, komunikasi dan interelasi dengan pasangan. Dengan pendekatan yang sama, kita dapat melakukan upaya preventif untuk menghindari peluang problem rumah tangga yang berakar pada konflik suami istri, ketidakmampuan berkomunikasi secara koheren dan runtuhnya harga diri masing-masing pasangan sehingga kehilangan respek satu sama lain dan berakhir di pengadilan agama.
Saran yang dapat diajukan berdasarkan studi ini adalah,
- Perlunya mengembangkan kesadaran diri peserta calon taaruf di sekolah pranikah, dalam konteks perannya dalam keluarga. Hal ini akan melengkapi pembekalan pengetahuan mengenai persiapan pernikahan.
- Teknik ini memberikan insight yang baik bagi peserta mengenai hal-hal yang perlu disiapkan dalam pernikahan. Hal ini karena kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengalami langsung/role play dalam sosiodrama (psikodrama dengan fokus pada grup)
- Teknik taaruf dengan teknik gathering psikodrama dapat dilanjutkan karena terbukti telah memberikan rasa nyaman dan kesediaan untuk membuka diri dengan tetap menjadi etika pergaulan yang islami.
E. UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada guru-guru kami, terutama yang pertama kali memperkenalkan saya pada psikodrama adalah kang Asep Haerul Gani, Pak Mario dan Connie Miller serta guru saya yang lain, yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu disini. Saya mendapatkan dukungan dari keluarga, kolega dan kawan-kawan dari Masjid Salman, terutama dalam hal ini Bidang Dakwah dan tim SPN. Terima kasih atas kesempatan dan kepercayaannya. Semoga ilmu yang telah kami terima selalu dapat diamalkan, kebaikan selalu tersebar dan kita mendapatkan manfaatnya yang terbaik. Kami berharap kebaikan yang diperoleh inipun dapat dicatat sebagai amal jariah kami dan pahala untuk para guru kami.
F. DAFTAR PUSTAKA
Canabucci, Karen. 2014. Show and Tell Psychodrama. Susanto Publishing. Racine, Wisconsin.
Dayton, Ph.D., TEP. 2005. The Living Stage. Health Communication, Inc. Deerfield Beach, Florida.
Fox, Jonathan ( Editor).1987. The Essential Moreno. Springer Publishing Company. New York (e-book).
Http://iipfariha.medium.com/skenariopsikodrama
Workshop Psikodrama & Gestalt Therapy, bersama Asep Haerul Gani, 27 – 29 Juli 2018
Family Therapy Virginia Satir Model Workshop, bersama Asep Haerul Gani, 20 -21 Agustus 2016.
0 comments