Membangun Kemampuan Empati

07.45



 

“Suami saya tak pernah mengerti perasaan saya bu Iip,” demikian pengakuan seorang ibu. Seorang ibu dari seorang balita yang terdiagnosa mengalami General Anxiety mengacu pada DSM V.  Simptom emosi yang muncul dan dirasakan adalah suasana hati yang selalu cemas, sedih, bingung dan overwhelmed. Ia kesulitan mengelola emosi merasa sangat lelah, sehingga membuatnya menolak untuk mengasuh anak dan menyerahkannya pada orang lain, pembantu atau anggota keluarga lain. 

 

“Mengapa seseorang dianggap tidak memahami perasaan orang lain?”, sementara orang lain merasa kebingungan dengan ekspresi emosi yang terlihat atau dianggap lebay oleh yang lain, seperti pada kasus pasangan ini. Memahami perasaan dikenal secara mudah sebagai kemampuan empati. 

 

Empati adalah kunci penting dalam hubungan sosial yang sehat. Kemampuan untuk memahami dan merasakan perspektif orang lain dapat membantu kita menjalin hubungan yang lebih baik, memperkuat koneksi emosional, dan menciptakan lingkungan yang inklusif. Empati membantu kita terhubung dengan orang lain, merasa bersama mereka, memahami mereka, bekerja dengan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, mencintai mereka, dan dicintai oleh mereka. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep empati secara mendalam, melihat bagaimana kemampuannya berkembang sepanjang kehidupan, langkah-langkah untuk melatihnya, serta contoh kasus nyata yang memperlihatkan pentingnya empati dalam kehidupan sehari-hari.

 

Definisi Empati 

 

Empathy is a social and emotional skill that helps us feel and understand the emotions, circumstances, intentions, thoughts, and needs of others, such that we can offer sensitive, perceptive, and appropriate communication and support. (Karen McLaren)

 

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain dengan mengadopsi sudut pandang mereka. Ini melibatkan kemampuan untuk membangun ikatan emosional dengan orang lain, mendengarkan dengan empati, dan memiliki rasa kepedulian terhadap kebutuhan dan perasaan mereka. Ketika kita mampu merasakan apa yang orang lain rasakan, kita dapat memberikan dukungan, pengertian, dan penerimaan yang lebih baik kepada mereka.

 

Empati adalah keterampilan sosial dan emosional yang membantu kita merasakan dan memahami emosi, keinginan, niat, pikiran, dan kebutuhan orang lain. Empati juga merupakan kapasitas untuk membantu orang lain, karena empati cenderung melibatkan beberapa bentuk tindakan yang memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan dan menawarkan dukungan, bantuan, atau mendengarkan orang yang berempati dengan kita. Dapat disimpulkan bahwa empati membuat kita sadar dan merasakan emosi, keadaan, dan kebutuhan orang lain sehingga kita dapat berinteraksi dengan mereka dengan terampil.

 

Empati berkembang sepanjang masa hidup kita, dimulai sejak masa kanak-kanak. Pada usia dini, anak-anak mulai memperhatikan perasaan orang lain, tetapi mereka masih dalam tahap belajar mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kognitif, sosial, dan emosional, kemampuan empati mereka juga meningkat.

 

Contoh kasus: Bayu, seorang anak usia 5 tahun, menangis di taman bermain. Sarah, temannya, mendekatinya dan bertanya, "Kenapa kamu menangis?" Bayu menjawab, "Aku kehilangan mainan favoritku." Sarah, yang memiliki empati yang berkembang, mengerti bagaimana perasaan Bayu. Dia merangkul Bayu dengan penuh simpati dan berkata, "Aku tahu rasanya kehilangan sesuatu yang kamu sukai. Jangan khawatir, kita bisa mencari bersama-sama."

 

Selama masa remaja, kemampuan empati semakin meningkat seiring dengan perkembangan kognitif dan sosial. Remaja mulai memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan, dan pengalaman yang berbeda daripada mereka. Mereka juga mulai belajar mengenali bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan intonasi suara sebagai petunjuk tentang perasaan orang lain. Namun, pengembangan empati tidak berhenti pada masa remaja; ini dapat terus diperkuat dan diperdalam sepanjang kehidupan dewasa.

 

Langkah-langkah untuk Melatih Empati 

 

1.     Kesadaran Diri

Langkah pertama dalam melatih empati adalah menjadi sadar akan perasaan, pikiran, dan reaksi emosional Anda sendiri terhadap situasi dan orang lain. Sadarilah emosi yang muncul dalam diri Anda saat berinteraksi dengan orang lain.

 

2.     Dengarkan dengan Aktif: Praktikkan mendengarkan dengan penuh perhatian saat orang lain berbicara. Jaga kontak mata, hindari gangguan, dan berikan perhatian penuh kepada mereka. Dengarkan tidak hanya kata-kata yang diucapkan, tetapi juga ungkapan emosi dan bahasa tubuh mereka.

 

Contoh kasus: Siti sedang bercerita kepada temannya, Maya, tentang kegagalannya di kelas. Maya mendengarkan dengan penuh perhatian, menatap mata Siti, dan mengangguk sesekali. Dia memperhatikan bahwa Siti terlihat sedih dan kecewa. Maya merespon dengan mengatakan, "Aku bisa merasakan kekecewaanmu. Itu pasti sulit bagi mu. Bagaimana perasaanmu tentang hal itu?"

 

3.     Praktek Perspektif: Cobalah untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Bayangkan diri Anda berada di situasi mereka dan coba rasakan apa yang mereka rasakan. Ini membantu mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengalaman orang lain.

 

Contoh kasus: Rina sering kali merasa frustrasi dengan rekan kerjanya, Budi, yang tampaknya kurang peduli dengan tanggung jawabnya. Untuk melatih empati, Rina mencoba melihat situasi dari perspektif Budi. Dia berpikir, "Mungkin Budi mengalami tekanan di luar pekerjaan yang membuatnya tidak fokus. Itu bisa jadi alasan mengapa dia tampak kurang peduli."

 

4.     Latihan Refleksi: Setelah berinteraksi dengan orang lain, luangkan waktu untuk merenung dan merefleksikan interaksi tersebut. Tinjau kembali bagaimana Anda merespons dan apakah ada cara yang lebih baik untuk menunjukkan empati di masa depan.

 

Contoh kasus: Setelah berbicara dengan teman yang sedang mengalami masalah, Ali merenungkan responsnya. Dia menyadari bahwa dia terburu-buru memberikan solusi tanpa sepenuhnya memahami perasaan temannya. Ali mengambil waktu untuk berlatih refleksi dan berkomitmen untuk menjadi pendengar yang lebih baik dan lebih empatik di masa depan.

 

5.     Praktek Empati Aktif: Tunjukkan empati secara aktif melalui tindakan nyata. Bantu orang lain ketika mereka membutuhkan dukungan, berikan kata-kata penguatan, dan berikan perhatian khusus terhadap perasaan dan kebutuhan mereka.

 

Contoh kasus: Ketika temannya, Dian, sedang stres dengan pekerjaannya, Andi mengajukan diri untuk membantu menyelesaikan beberapa tugasnya. Dia juga mengirim pesan pendek yang berisi dukungan dan dorongan untuk menjaga semangat Dian.

 

Empati adalah keterampilan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami dan merasakan perspektif orang lain, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat, memecahkan konflik dengan lebih efektif, dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. 

 

Jika kita memungkinkan bekerja dalam kelompok, maka Teknik yang menarik untuk melatih empati adalah role reversal. Teknik ini dikembangkan oleh Adam Blatner. 


Tunggu penjelasannya, pada tulisan berikutnya tentang Role Reversal ya. 

 

 

Referensi

"The Art of Empathy: A Complete Guide to Life's Most Essential Skill" oleh Karla McLaren

"Social Intelligence: 2006, The New Science of Human Relationships" oleh Daniel Goleman


Photo by Joshua Hoehne on Unsplash

You Might Also Like

0 comments

Subscribe