Cinta Tanpa Syarat melalui Teknik Psikodrama

05.50


 


Unconditional love, atau cinta tanpa syarat, adalah konsep yang pertama kali diuraikan oleh Carl Rogers, seorang ahli psikologi terkemuka. Unconditional love mengacu pada penerimaan penuh tanpa syarat terhadap orang lain, tanpa memperhitungkan perilaku atau sifat mereka. Ini berarti seseorang dicintai dan dihargai apa adanya, tanpa syarat atau batasan. Dalam konteks hubungan orang tua dan anak, unconditional love memberikan dasar emosional yang kuat bagi anak untuk merasa aman dan diterima, memungkinkan mereka untuk mengatasi konflik dan membangun hubungan yang sehat dan positif.

 

#Kisah Ardi

 

Ardi, seorang anak yang penuh semangat, merasa marah dan kecewa pada ibunya. Setiap kali mereka berinteraksi, ada dinding tak terlihat yang menghalangi mereka. Di dalam hatinya, Ardi mendambakan cinta dan penerimaan dari sang ibu, namun rasa sakit membuatnya sulit membuka diri.

 

Suatu hari, Ardi dibawa ke sesi terapi psikodrama oleh terapisnya, Ibu Sinta. Ibu Sinta tidak hanya memperkenalkan teknik empty chair, tetapi juga menggunakan teknik dobling. “Bayangkan kursi kosong ini adalah ibumu,” kata Ibu Sinta lembut. “Katakan padanya apa yang kamu rasakan.”

 

Dengan hati-hati, Ardi memandang kursi kosong itu. Perlahan, ia mulai berbicara. “Ibu, aku marah. Kenapa selalu sibuk dan tidak pernah ada waktu untukku? Aku merasa tidak dihargai.”

 

Seiring kata-kata itu mengalir, air mata mulai menetes di pipi Ardi. Emosinya mengalir bebas, menciptakan ruang untuk penyembuhan. Ibu Sinta menggunakan teknik dobling dengan lembut mengulang kata-kata Ardi, membantu memperkuat dan mengonfirmasi perasaannya.

 

## Healing melalui Psikodrama

 

Psikodrama adalah bentuk terapi yang menggunakan permainan peran untuk membantu individu mengekspresikan dan mengatasi emosi mereka. Teknik empty chair, salah satu metode dalam psikodrama, melibatkan penggunaan kursi kosong yang diperlakukan seolah-olah diisi oleh orang yang menjadi sumber konflik atau emosi. Individu yang menjalani terapi berbicara kepada kursi tersebut seolah-olah berbicara kepada orang yang dimaksud, memungkinkan mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka secara bebas dan langsung.

 

Teknik dobling, di sisi lain, melibatkan kata-kata atau ekspresi klien yang diarahkan oleh terapis atau sesama grup, untuk memberikan validasi dan dukungan yang lebih dalam terhadap pengalaman emosional klien. Kata-kata ini sesuatu yang seringkali sulit diungkapkan oleh klien karena emosi yang campur aduk atau kehilangan fokus yang menyertai konflik atau kecemasannya. 

 


### Pentingnya Pelatihan dalam Teknik Psikodrama

 

Meskipun sederhana, teknik-teknik dalam psikodrama sangat kuat dan memerlukan pelatihan yang mendalam bersama ahlinya. Hanya dengan pengalaman dan kepekaan yang baik, seorang terapis dapat mengarahkan proses terapi dengan tepat, memastikan bahwa klien merasa didengar, dimengerti, dan mendapatkan manfaat yang maksimal dari setiap sesi.

 

### Kesimpulan

 

Dengan kombinasi unconditional love, teknik empty chair, dan dobling, Ardi menemukan jalan menuju pemahaman dan pemaafan. Pada akhir sesi, kemarahannya mulai mereda. Melalui validasi emosi dan penerimaan tanpa syarat yang diberikan Ibu Sinta, Ardi merasa didengar dan dimengerti. Ia mulai menyadari bahwa di balik kesibukan ibunya, ada cinta yang tetap ada.

 

Suatu sore, setelah sesi terapi, Ardi mendekati ibunya. Dengan suara gemetar, ia berkata, “Ibu, aku marah dan kecewa. Tapi aku tahu, Ibu juga mencintaiku.”

 

Ibunya terkejut, namun dengan cepat memeluk Ardi. “Maafkan Ibu, Ardi. Ibu selalu mencintaimu, bahkan saat Ibu sibuk.”

 

Dalam pelukan itu, Ardi merasakan kehangatan yang lama hilang. Bahkan Ardi mampu memaafkan dan membuka diri untuk hubungan yang lebih sehat dan hangat dengan ibunya. Emosi negatifnya telah tervalidasi, dan kini ia siap membangun ikatan yang lebih kuat dan penuh kasih.

 

Kisah ini sesungguhnya fiktif belaka, namun seringkali terjadi dalam sesi healing psikodrama yang dilakukan bersama komunitas Indonesia Sehat Bahagia yang didukung oleh Asosiasi Psikodrama Indonesia. Proses yang terjadipun tentu saja tidaklah sederhana seperti cerita pendek ini.  Semoga bermanfaat.

 

### Referensi

 

1. Rogers, C. R. (1951). "Client-centered Therapy: Its Current Practice, Implications, and Theory." Houghton Mifflin.

2. Moreno, J. L. (1946). "Psychodrama: First Volume." Beacon House.

Sumber foto: 
https://www.istockphoto.com
Koleksi kegiatan self healing psikodrama

You Might Also Like

0 comments

Subscribe